Senin, 04 Mei 2009

Anggota DPRD Jabar 2009-2014

Pikiran Rakyat, Sabtu 2 Mei 2009, melansir hasil Pleno Rekapitulasi KPU Provinsi Jawa Barat yang diselenggarakan pada tanggal 1 Mei 2009 tentang Perkiraan Susunan Anggota DPRD Jabar 2009-2014 Berdasarkan Pleno Rekapitulasi KPU Jawa Barat.

Berikut adalah perkiraan susunan Anggota DPRD Jabar 2009-2014 sebagaimana dilansir Pikiran Rakyat pada halaman 2, yaitu:

1. Partai Demokrat (PD) = 28 Kursi

  • Dapil I = 3 kursi (Sugianto Nangolah, Suhartini Syahlan, Muhammad Nasor)
  • Dapil II = 3 kursi (Tri Hastin Atasasih, Arsjad Adriansjah, Syafarudin Mahaputra)
  • Dapil III = 3 kursi (Hadidjah Warno, Lili Zuraida, Wawan Setiawan)
  • Dapil IV = 4 kursi (Aqila M. Hoesein, Sri Umiyati, Syafarudin N. Sa'amin, Momon Poernomo)
  • Dapil V = 1 kursi (Irfan Suryanegara)
  • Dapil VI = 3 kursi (Achdar Sudrajat, Awing Asmawi, Dewi S. Sukmaningsih)
  • Dapil VII = 2 kursi (Celica Nurrachadiana, Koko Abdulkadir)
  • Dapil VIII = 2 kursi (Helmi Attamimi, Syarifah Lovita)
  • Dapil IX = 2 kursi (Adi Gunawan, Zulkifli Chaniago)
  • Dapil X = 2 kursi (Manaf R. Suganda, Irwan Kusnandiantoro)
  • Dapil XI = 3 kursi (Didin Supriadin, Rina Marliana, Aceng Roni Sya'bana)

2. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) = 16 kursi

  • Dapil I = 1 kursi (Herry Mei Oloan)
  • Dapil II = 2 kursi (Purna Kania, Meilina Kartika Kadir)
  • Dapil III = 1 kursi (Syarif Bastaman)
  • Dapil IV = 2 kursi (Rudy Harsa Tanaya, Asyanti Rozana Thalib)
  • Dapil V = 1 kursi (Achmad R. Al-Habsyi)
  • Dapil VI = 1 kursi (Rista Dewi)
  • Dapil VII = 1 kursi (Deden Darmansyah)
  • Dapil VIII = 2 kursi (Agus. W. Santoso, Selly A. Gantina)
  • Dapil IX = 2 kursi (Ine Purwadewi Sundari, Maman Yudia)
  • Dapil X = 2 kursi (Ijah Hartini, E. A. Darojat)
  • Dapil XI = 1 kursi (Memo Hermawan)

3. Partai Golongan Karya (PG) = 16 Kursi

  • Dapil I = 1 kursi (Ali Hasan)
  • Dapil II = 2 kursi (Dadang Moh. Nasser, Uu Rukmana)
  • Dapil III = 2 kursi (Rusna Kosasih, Dedi Ismail)
  • Dapil IV = 2 kursi (Nawafie Saleh, Yoga Santosa)
  • Dapil V = 1 kursi (M. Qudrat Iswara)
  • Dapil VI = 1 kursi (Neneng Hasanah Yasin)
  • Dapil VII = 1 kursi (Endi Warhendi)
  • Dapil VIII = 2 kursi (Daniel Muttaqien, Syafiuddin Ganiwati)
  • Dapil IX = 1 kursi (Itje Siti Dewi Kuraesin)
  • Dapil X = 1 kursi (Engkus Kusnadi)
  • Dapil XI = 2 kursi (Yod Mintaraga, Bubun Bunsyamin)

4. Partai Keadilan sejahtera (PKS) = 13 kursi

  • Dapil I = 1 kursi (Tate Komarudin)
  • Dapil II = 1 kursi (Diah Nurwitasari)
  • Dapil III = 1 kursi (Gaos Wahyudin)
  • Dapil IV = 2 kursi (Isbudi Widuri, Lalu Suryade)
  • Dapil V = 1 kursi (Imam Budi Hartono)
  • Dapil VI = 2 kursi (Akhmad Syaikhu, Nur Supriyanto)
  • Dapil VII = 1 kursi (Eka Herdiana)
  • Dapil VIII = 1 kursi (Anwar Yasin)
  • Dapil IX = 1 kursi (Ridho Budiman)
  • Dapil X = 1 kursi (Tajudin Noor)
  • Dapil XI = 1 kursi (Tetep Abdullatip)

5. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) = 8 kursi

  • Dapil II = 1 kursi (Komarudin Taher)
  • Dapil III = 1 kursi (Yusuf Puadz)
  • Dapil IV = 1 kursi (Hasan Zainal Abidin)
  • Dapil VI = 1 kursi (Amin Basuni)
  • Dapil IX = 1 kursi (Dony Ahmad Munir)
  • Dapil X = 1 kursi (Muhammad Taofik)
  • Dapil XI = 2 kursi (Neng Madinah Ruhiyat, Mien Aminah)

6. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) = 8 kursi

  • Dapil I = 1 kursi (Gantina Kusuma)
  • Dapil II= 1 kursi (Humar Dani)
  • Dapil III = 1 kursi (Lina Ruslinawati)
  • Dapil IV = 1 kursi (Ricky Kurniawan)
  • Dapil V = 1 kursi (Syahrir)
  • Dapil VII = 1 kursi (Sihabudin)
  • Dapil VIII = 1 kursi (Dadi Rochanady)
  • Dapil XI = 1 kursi (Ade Gozali)

7. Partai Amanat Nasional (PAN) = 5 kursi

  • Dapil II = 1 kursi (Maman Abdurrahman)
  • Dapil III = 1 kursi (Sukmana)
  • Dapil VI = 1 kursi (Buyung Iksal)
  • Dapil IX = 1 kursi (Aep Sulaeman)
  • Dapil XI = 1 kursi (Uum syarief Usman)

8. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) = 3 kursi

  • Dapil III= 1 kursi (Ujang Fahpul Waton)
  • Dapil VII = 1 kursi (Azhar)
  • Dapil VIII = 1 kursi (Ade Gozali)


9. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) = 2 kursi

  • Dapil VIII= 1 kursi (Imas Masithoh)
  • Dapil XI = 1 kursi (Acep Adang Ruhiat)


10. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) = 1 kursi

  • Dapil III= 1 kursi (M. Kusoy)

Selasa, 28 April 2009

Dapil VI, PKS dan Demokrat Dapat Kursi

HAURGEULIS – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat diprediksi memperoleh masing-masing 1 kursi legislatif DPRD Kabupaten Indramayu dari Daerah Pemilihan (Dapil) 6 Eks-Kawedanaan Haurgeulis. Kedua partai tersebut, mampu meraih lebih dari 8.000 suara. Kendati tidak memenuhi BPP, perolehannya melebihi hasil sementara suara partai lain, kecuali Partai Golkar dan PDI Perjuangan.
Ketua PAC PKS Anjatan Agus Makrus menegaskan, meskipun rekapitulasi penghitungan suara di 5 PPK di wilayah Dapil 6 masih belum ditetapkan, pihaknya optimis suara PKS mencapai lebih dari 11 ribu suara. Hal itu diketahui dari laporan Tim Sukses PKS di masing-masing kecamatan.
Rinciannya, di Kecamatan Anjatan dan Sukra meraih sekitar 3.000 suara, Patrol 2.000 suara, Haurgeulis 2.800 suara dan Gantar 900 suara. Caleg DPRD Kabupaten Indramayu yang mendapatkan suara terbanyak adalah nomor urut 1, yakni Hadi Hartono SE.
Menurut Agus, perolehan suara siginifikan itu diperoleh salah satunya karena kuota jumlah Caleg DPRD Kabupaten Indramayu di Dapil 6 terpenuhi, terisi dengan 11 orang caleg. “Hampir semua caleg mampu mendulang suara konstituen di wilayahnya masing-masing,” ujar Agus yang juga caleg nomor urut 2 PKS ini.
Satu kursi lainnya dari 10 kursi yang tersedia di Dapil 6, sepertinya akan menjadi milik Partai Demokrat. Data yang dihimpun Radar, perolehan sementara hasil suara yang didapat partai pimpinan Hadi Utomo itu sekitar 8.654 suara.
Sumbangan terbesar suara Partai Demokrat berasal dari Kecamatan Haurgeulis. Dimana caleg nomor 1 Raden Rio Resmana berhasil mendulang sekitar 4.000 suara. Setelah diambil setengah oleh Partai Golkar, sisa kursi lainnya diperkirakan direbut PDIP, PPP, PKB dan Gerindra. (kho)

Sumber: Indramayu Post

Sabtu, 11 April 2009

Hasil Pemilu Legislatif 2009 Versi PKS dan KPU

Ikhwan dan Akhwat, yang pengen segera mengetahui hasil pemilu 9 April 2009 versi PKS and KPU silahkan klik link berikut :



Rabu, 11 Februari 2009

Peruntungan PKS Pada Pemilu 2009

Sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan 34 parpol yang lolos seleksi faktual dan berhak mengikuti Pemilu 2009, wajah perpolitikan nasional kembali bersemangat.

Ada semangat demokrasi yang terpancar, ada cita-cita besar yang ingin diraih masing-masing parpol, tapi dibalik itu semua, juga ada pesimisme yang tercermin dari jumlah golput yang berdasarkan hasil-hasil survai lumayan besar, yakni mencapai 40%. Mereka yang memilih golput motivasinya pun bervariasi, dari yang masa bodoh, kecewa, sampai yang sadar dan faham benar bahwa harus bersikap golput.

Ke-34 parpol kontestan Pemilu 2009 tentu akan menjual kecap guna mendulang suara pemilih, ada yang jualannya mirip, tapi tak jarang ada yang kontradiktif. Sudah bisa diduga, ke-34 parpol nanti ada yang menjual isu nasionalisme, pluralisme, agama, krisis ekonomi, penyelamatan bangsa, penanggulangan krisis BBM dan mafia perminyakan, solusi utang dalam dan luar negeri, hingga isu-isu rasial. Yang jelas, mereka akan memberi cap jualannya sebagai 'kecap nomor satu'.

Disisi lain, publik peserta Pemilu 2009 pun memiliki persepsi tersendiri terhadap parpol-parpol yang mirip permen nano-nano. Diantara mereka tentu ada yang firm dan sudah tahu harus memilih yang mana, tapi lebih banyak lagi publik yang bingung karena dari banyaknya parpol ternyata tokohnya yang itu-itu juga. Ada yang 'berganti baju', ada yang pindah parpol, dan ada pula yang asyik ma'syuk tampil flamboyan sebagai calon independen

Lima besar
Di tengah ingar-bingar dan euforia 34 parpol peserta pemilu, awal Juli lalu lembaga survai Indo Barometer pimpinan M. Qodari merilis data yang mengejutkan. Dibandingkan Pemilu 2004, Pemilu 2009 ada banyak perubahan.

Reputasi Partai Golkar yang menduduki peringkat pertama di Pemilu 2004 diambil alih oleh PDIP, lalu disusul Golkar, Partai Demokrat, PKS, PKB. Sementara PPP, PAN, PDS, PBR dan PBB, terpental di lapisan lima besar kedua.

Bandingkan dengan survai yang dilakukan Center for Strategic and International Studies (CSIS). Jika pemilihan umum digelar pada 2008 ini, dalam survei CSIS terekam para pemilih akan menjatuhkan pilihan pada PDI-P (20,3%), lalu Golkar (18,1%), PKS (11,8%), PKB (6,8%), Partai Demokrat (5,2%), Partai Persatuan Pembangunan (2,7%), PAN (1,7%).

Akhir tahun lalu Lembaga Survai Indonesia (LSI) bertajuk Pandangan Kinerja Parpol menunjukkan, PKS menduduki ranking kedua teratas (15,3%) dalam kesungguhan memberantas korupsi, setelah PD (31%), kemudian diikuti oleh Golkar (12,2%), PDIP (9,2%) dan PKB (8,3%).

Tapi PKS justru masuk ranking teratas (21,2%) dalam survei paling sedikit orang-orangnya terlibat dalam korupsi, kemudian diikuti PD (17,8%), Golkar (11,8%), PDIP (10,8%), dan PKB (8,2%).

Sedangkan dalam survei paling surngguh-sungguh memperjuangkan keinginan rakyat PKS hanya menduduki ranking keempat (13,5%), setelah PD (20,9%), PDIP (19,8%), Golkar (18,6%), kemudian diikuti PKB (4,7%).

Demikian pula dalam survei paling konsisten menepati janji selama kampanye PKS hanya menduduki ranking keempat (13,1%), setelah PD (19,7%), PDIP dan Golkar (masing-masing 17,9%), dan PKB (3,9%).

Jika diperhatikan, ketiga hasil survai itu menunjukkan, pertama, posisi semua parpol menunjukkan adanya penurunan kecuali PKS. Kedua, posisi PDIP kendati ikut turun namun penurunannya tidak sesignifikan parpol lain, sehingga menduduki posisi pertama. Ketiga, pasang naik dan turun menunjukkan kinerja masing-masing parpol dihadapan rakyat.

Prospek PKS
Lain di survai lain pula di lapangan. Jika menengok perolehan suara PKS pada Pemilu 1999 yang hanya 1,4% lantas melonjak menjadi 7,3% pada Pemilu 2004, menunjukkan satu peningkatan yang signifikan baik dalam jumlah dukungan maupun perolehan kursi.

Karena itu, tidak terlalu berlebihan jika pada Pemilu 2009 PKS menargetkan perolehan suara 20%, atau hanya membutuhkan kelipatan tiga dari raihan suara 2004.

Survai internal kader-kader PKS bulan Juni justru menunjukkan perkembangan yang sama sekali berbeda dengan hasil survai Indo Barometer, CSIS maupun LSI. Survai itu menunjukkan bahwa jika Pemilu dilakukan saat ini dukungan terhadap PKS sudah mencapai 14%, atau terpaut 6% dari target. Namun karena Pemilu 2009 masih 9 bulan lagi, maka target untuk mencapai dukungan suara 20% tidaklah terlalu over-optimistik.

Karena yang nyoblos itu-itu saja, sementara partainya bertambah menjadi 34 parpol, maka tak bisa dihindari adanya predator suara. PKS dalam survai itu paling tidak akan menjadi predator bagi PPP, Golkar dan PAN. Ada 4% massa PPP yang pindah ke PKS, 2% massa PAN beralih ke PKS, dan 1% massa Golkar yang pindah ke PKS.

Tanda-tanda zaman ke arah itu terlihat jelas. Pada pilkada DKI Jakarta, satu PKS dikeroyoki 20 partai besar dan kecil, tapi PKS mampu mendulang suara 42,6%. Suatu tambahan angka yang signifikan karena pada pemilu 2004 suara PKS di Jakarta hanya 23%. Begitu juga di Banten 37% dari sebelumnya 12%. Di DPR PKS yang tadinya cuma memiliki 7 kursi, pada 2004 naik menjadi 45 kursi. Itu suatu kenaikan hampir tujuh kali lipat.

Belum lagi jika menengok kemenangan demi kemenangan pilkada di sejumlah wilayah strategis, tokoh yang didukung PKS seperti tak terbendung. Di Jawa Barat Ahmad Heriawan-Dede Yusuf, di Sumatera Utara Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho, di Maluku Utara Thaib Armain-Abdul Gani Kasuba, di Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang-Badrul Munir. Dari kemenangan demi kemenangan terlihat jelas bahwa faktor mesin PKS tak bisa dibantah sebagai penentu kemenangan, selain faktor tokoh yang dicalonkan.

Praktis, dari 150-an pilkada dan pilgub yang diikuti, PKS memenangkan pilkada dan pilgub itu sedikitnya di 90 wilayah, baik tampil sendiri maupun berkoalisi. Ini menunjukkan betapa efektifnya kerja mesin politik PKS.

Tanda-tanda zaman lainnya adalah, hingga saat ini belum ada kader-kader PKS yang terlibat skandal kriminal maupun skandal perempuan, seperti telah terjadi di parpol-parpol besar. Karena itu PKS sangat siap menjadi predator bagi parpol-parpol besar.

Saksikan skandal korupsi yang melanda kader Golkar (Hamka Yandhu, Antoni Zeidra Abidin), PPP (Al Amin Nur Nasution), Demokrat (Sarjan Taher), PKB (Yusuf Emir Faisal), PBR (Bulyan Royan) atau skandal seks Max Moein (PDIP). KPK sendiri masih mengejar kemungkinan Ali Masykur Musa (PKB), Paskah Suzetta (Golkar), MS Kaban (PBB) dan Sukowaluyo Mintoharjo (saat masih di PDIP), terlibat dalam skandal aliran dana BI ke DPR.

Praktis PKS relatif paling bersih. Mengapa dikatakan relatif? Boleh jadi dikemudian hari ada kader PKS yang memang benar-benar terlibat menerima dana suap dan harus ditangkap. Sejauh ini, dari sejumlah kader PKS di DPR mengaku menerima juga aliran 'dana panas' itu, tapi dana itu segera dikembalikan ke KPK sebagai tanda bahwa dana itu bukanlah dana yang halal untuk dinikmati.

Tapi sekadar untuk diketahui, secara nasional juga telah memecat kurang lebih 10 kadernya di DPRD yang ketahuan berusaha memeras birokrat setempat. Pemecatan itu tak ampun lagi, harus dilakukan mengingat bila dibiarkan akan menjadi kanker korupsi yang akut. Itu sebabnya pemangkasan kader busuk sejak dini akan menjaga kredibilitas PKS baik di hadapan rakyat maupun di hadapan Tuhan.

Kalau memang demikian halnya, layakkah PKS mendulang dukungan suara 20% pada Pemilu 2009? Kalau memang itu terjadi, maka PKS akan head to head dengan PDIP.

Kemanakah kecenderungan suara pemilih akan diarahkan, tentu akan berdampak pada perolehan suara masing-masing parpol.

Sumber: http://forum.detik.com

Jumat, 30 Januari 2009

Penyidikan atas Tifatul Sembiring Resmi Dihentikan

JAKARTA, SELASA Penyidikan kasus dugaan pelanggaran kampanye oleh Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring, Ketua DPW PKS DKI Jakarta Triwicaksana, dan Ketua DPD PKS Jakarta Pusat Agus Setiawan, resmi dihentikan oleh tim penyidik Polda Metro Jaya.

"Karena tidak ada cukup bukti sebagai kampanye, maka penyidikan dihentikan. Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) telah diserahkan kepada pengacara mereka tadi pagi," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Zulkarnaen di Jakarta, Selasa (27/1).

Menurut dia, dari keterangan saksi, saksi ahli, dan alat bukti yang ditemukan, penyidik meyakini bahwa mereka tidak terbukti melakukan kampanye di luar jadwal sebagaimana yang dimaksud alam UU No 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif.

Ia mengatakan, sebenarnya penyidik masih memiliki waktu satu hari lagi untuk melanjutkan penyidikan, yakni hingga Rabu, 28 Januari 2008, tetapi karena alat bukti minim maka penyidikan dihentikan.

"Karena tidak ada cukup bukti, ya sudah kita keluarkan SP3 saja hari ini," ujarnya.

Polda Metro Jaya telah memanggil Tifatul, Triwicaksana, dan Agus Setiawan sebagai tersangka pada Kamis, 15 Januari 2008. Namun, penyidik hanya memeriksa Tifatul dan Agus Setiawan.

Polisi tidak dapat memeriksa Triwicaksana karena ia menjadi anggota DPRD DKI Jakarta sehingga harus mendapatkan izin dari Menteri Dalam Negeri.

Kasus ini terjadi ketika ratusan ribu massa PKS menggelar aksi keprihatinan atas serangan Israel ke Palestina di kawasan Monas, Jakarta, pada 2 Januari 2009.(Sumber:Compas.com)

Rabu, 21 Januari 2009

Hidayat NW: Obama Akan Ditagih Dunia

JAKARTA - Pidato Inaugurasi Barack Obama usai dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-44, diharapkan tidak hanya sekadar pidato saja. Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan, dunia akan menangih apa yang dia ucapkan dalam pidatonya tersebut.

"Saya berharap pidato dia tidak hanya pidato saja, karena pidato itu diperhatikan seluruh dunia dan nantinya seluruh dunia akan menagih apa yang dia ucapkan," ujarnya saat ditemui wartawan di Gedung DPR/MPR Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (21/1/2009).

Salah satu topik pidato yang akan ditagih adalah keseriusan Obama dengan rencana membangun hubungan yang saling menguntungkan dan saling menghormati, khususnya kepada negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Hidayat mengatakan, seluruh dunia memberikan apresiasi ketika Obama berbicara dalam konteks membangun hubungan dengan negara-negara Muslim.

"Kalau dia tidak melakukan itu, berarti tidak ada yang baru. Dan dia akan kesulitan melakukan pendekatan dengan negara-negara Muslim," tuturnya.

Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menegaskan, kalau Obama membanding-bandingkan di tengah-tengah keadaan Amerika Serikat menghadapi krisis keuangan atau krisis ekonomi yang lebih berat, tentu secara Obyektif presiden AS ke-44 ini akan dapat memnbandingkan mana yang lebih menguntungkan.

"Tentu dia bisa membandingkan secara objektif mana yang lebih menguntungkan, antara memanjakan Israel dan menyusahkan negara-negara Arab yang negaranya kaya, atau menghormati negara-negara Arab yang merupakan sahabat Palestina," kata Hidayat.
(nov)


Sumber: Okezone.com